Mengenal Budidaya Ikan Bandeng
Mengenal budidaya ikan bandeng supaya anda lebih tahu tentang ikan yang banyak dikonsumsi di masyarakat, bahkan mungkin termasuk anda sendiri yang suka memakan ikan bandeng yang lezat ini.
Bandeng (Latin: Chanos chanos atau bahasa Inggris: milkfish) adalah sebuah ikan yang merupakan makanan penting di Asia Tenggara. Ikan ini cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau. Ia baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak.
Bandeng merupakan hewan air yang bandel, artinya dapat hidup di air tawar, air asin maupun air payau. Sampai saat ini sebagian besar budidaya ikan ini masih dikelola dengan teknologi yang relatif sederhana dengan tingkat produktivitas yang relatif rendah. Jika dikelola dengan sistim yang lebih intensif, produktivitas ikan ini dapat ditingkatkan hingga 3 kali lipatnya.
Dari aspek konsumsi, bandeng adalah sumber protein yang sehat. Ia merupakan sumber protein yang tidak mengandung kolesterol. Berbagai produk olahannya antara lain dengan di presto, di asap,atau dijadikan otak-otak. Selama sepuluh tahun terakhir permintaan ikan ini meningkat dengan 6,33% rata-rata per tahun, tetapi produksi hanya meningkat dengan 3,82%.
Ikan Bandeng Bakar
Ikan ini disukai sebagai makanan karena rasanya gurih, rasa daging netral (tidak asin seperti ikan laut) dan tidak mudah hancur jika dimasak. Kelemahannya ada dua: dagingnya 'berduri' dan kadang-kadang berbau 'lumpur'/'tanah'.
Duri Ikan Bandeng
Ini sebenarnya adalah tulang dari ikan. Duri ini mengganggu kenikmatan dalam memakan dagingnya. Gangguan ini dapat diatasi dengan penggunaan panci bertekanan tinggi (presto atau autoklaf) dalam waktu tertentu, sehingga duri ini menjadi lunak dan dapat dihancurkan jika dikunyah.
Bau Lumpur
Bau lumpur pada bandeng banyak dialami pada ikan yang diambil dari tambak. Jenis ikan ini jika dipelihara di karamba, hampir tidak berbau. Bau lumpur dapat diatasi dengan merendam ikan setelah dibersihkan dalam larutan cuka (dua sendok makan) selama sekitar setengah jam.
Bandeng (Latin: Chanos chanos atau bahasa Inggris: milkfish) adalah sebuah ikan yang merupakan makanan penting di Asia Tenggara. Ikan ini cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau. Ia baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak.
Bandeng merupakan hewan air yang bandel, artinya dapat hidup di air tawar, air asin maupun air payau. Sampai saat ini sebagian besar budidaya ikan ini masih dikelola dengan teknologi yang relatif sederhana dengan tingkat produktivitas yang relatif rendah. Jika dikelola dengan sistim yang lebih intensif, produktivitas ikan ini dapat ditingkatkan hingga 3 kali lipatnya.
Dari aspek konsumsi, bandeng adalah sumber protein yang sehat. Ia merupakan sumber protein yang tidak mengandung kolesterol. Berbagai produk olahannya antara lain dengan di presto, di asap,atau dijadikan otak-otak. Selama sepuluh tahun terakhir permintaan ikan ini meningkat dengan 6,33% rata-rata per tahun, tetapi produksi hanya meningkat dengan 3,82%.
Ikan Bandeng Bakar
Ikan ini disukai sebagai makanan karena rasanya gurih, rasa daging netral (tidak asin seperti ikan laut) dan tidak mudah hancur jika dimasak. Kelemahannya ada dua: dagingnya 'berduri' dan kadang-kadang berbau 'lumpur'/'tanah'.
Duri Ikan Bandeng
Ini sebenarnya adalah tulang dari ikan. Duri ini mengganggu kenikmatan dalam memakan dagingnya. Gangguan ini dapat diatasi dengan penggunaan panci bertekanan tinggi (presto atau autoklaf) dalam waktu tertentu, sehingga duri ini menjadi lunak dan dapat dihancurkan jika dikunyah.
Bau Lumpur
Bau lumpur pada bandeng banyak dialami pada ikan yang diambil dari tambak. Jenis ikan ini jika dipelihara di karamba, hampir tidak berbau. Bau lumpur dapat diatasi dengan merendam ikan setelah dibersihkan dalam larutan cuka (dua sendok makan) selama sekitar setengah jam.
0 komentar:
Posting Komentar