Kisah Pengusaha Sukses Edam Burger
Kisah pengusaha sukses kali ini adalah tentang Made Ngurah Bagiana. Ia hanyalah lulusan STM bangunan tahun 1975 yang mengawali bisnisnya dengan dua gerobak. Sekarang ia memiliki 10 pabrik dan 2.000 outlet Edam Burger yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk lebih lengkap mengenai kisah pengusaha sukses edam burger bisa anda simak berikut ini :
Made Ngurah Bagiana lahir pada 12 April 1956 sebagai anak keenam dari 12 bersaudara. Sejak kecil, terbiasa ditempa bekerja keras, tiap pergi ke sekolah tak pernah diberi uang jajan. Kalau mau punya uang, ya harus ke kebun dulu mencari daun pisang, potong-potong, lalu dijual ke pasar.
Bosan di Bali, Made Ngurah Bagiana pun merantau ke Jakarta tanpa tujuan. Ia menumpang di kontrakan kakaknya di Utan Kayu. Untuk mengisi perut, ia sempat menjadi tukang cuci pakaian, kuli bangunan, dan kondektur bis PPD. Iapun pernah berjualan telur dengan cara beli satu peti telur di pasar, lalu diecer ke pedagang-pedagang bubur. Setelah usaha telurnya mandeg, maka iapun beralih menjadi sopir omprengan.
Titik cerah muncul di tahun 1990 ketika tanpa sengaja, Made Ngurah Bagiana melihat orang berjualan burger. Lalu dia berfikir, tak ada salahnya untuk mencoba. Ia meminjam Rp 1,5 juta ke teman untuk membeli dua buah gerobak dan kompor. Bahan-bahan pembuatan burger diecer di berbagai tempat. Dibantu seorang teman, maka iapun menjual burger dengan cara berkeliling mengayuh gerobak.
Untuk mengembangkan usaha, Made Ngurah Bagiana mengajak ibu-ibu rumah tangga berjualan burger di depan rumah atau sekolah. Dalam dua tahun, gerobak burgernya beranak menjadi lebih dari 40 buah. Tahun 1996 ia mencoba membuat roti sendiri dan membuat inovasi cita rasa saus. Akhirnya Made Ngurah Bagiana berhasil menciptakan resep roti dan saus burger bercita rasa lidah orang Indonesia.
Made Ngurah Bagiana lahir pada 12 April 1956 sebagai anak keenam dari 12 bersaudara. Sejak kecil, terbiasa ditempa bekerja keras, tiap pergi ke sekolah tak pernah diberi uang jajan. Kalau mau punya uang, ya harus ke kebun dulu mencari daun pisang, potong-potong, lalu dijual ke pasar.
Bosan di Bali, Made Ngurah Bagiana pun merantau ke Jakarta tanpa tujuan. Ia menumpang di kontrakan kakaknya di Utan Kayu. Untuk mengisi perut, ia sempat menjadi tukang cuci pakaian, kuli bangunan, dan kondektur bis PPD. Iapun pernah berjualan telur dengan cara beli satu peti telur di pasar, lalu diecer ke pedagang-pedagang bubur. Setelah usaha telurnya mandeg, maka iapun beralih menjadi sopir omprengan.
Titik cerah muncul di tahun 1990 ketika tanpa sengaja, Made Ngurah Bagiana melihat orang berjualan burger. Lalu dia berfikir, tak ada salahnya untuk mencoba. Ia meminjam Rp 1,5 juta ke teman untuk membeli dua buah gerobak dan kompor. Bahan-bahan pembuatan burger diecer di berbagai tempat. Dibantu seorang teman, maka iapun menjual burger dengan cara berkeliling mengayuh gerobak.
Untuk mengembangkan usaha, Made Ngurah Bagiana mengajak ibu-ibu rumah tangga berjualan burger di depan rumah atau sekolah. Dalam dua tahun, gerobak burgernya beranak menjadi lebih dari 40 buah. Tahun 1996 ia mencoba membuat roti sendiri dan membuat inovasi cita rasa saus. Akhirnya Made Ngurah Bagiana berhasil menciptakan resep roti dan saus burger bercita rasa lidah orang Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar