MISTERI CANDI PRAMBANAN
Candi   Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10   pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung.
Menjulang   setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur),   berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan   kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat   kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.
Ada   sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi   ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang.   Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan   1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum   Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar   terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat   999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena   merasa dicurangi.
Candi   Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu,   Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam   kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi   utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu   Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain   itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut.   Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Memasuki   candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda   akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa,   sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri   Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah   yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang   diceritakan di atas.
Di   Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan   menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi   Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan   menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.
Candi   pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di   dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia   setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik   dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah,   berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah   adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti ‘terbit‘ atau ‘bersinar‘,   biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau   Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya   dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri   Tirta Amerta (air suci para dewa).
Kemampuan   menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan   digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk   lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari   inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk   lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk   dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah   Krut atau Pha Krut.
Prambanan   juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para   ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat   tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang   dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan   keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan   tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli  menganggap  bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola   lingkungannya.
Sama   seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai   kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan   Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri   Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan melihat relief   Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada   gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti   bahwa relief yang ada di Prambanan telah mendunia.
Kalau   cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief burung, kali ini burung   yang nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural   sehingga para biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat   genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)   yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya   terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu,   apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta? Jawabannya   silakan cari tahu sendiri. Sebab, hingga kini belum ada satu orang pun   yang bisa memecahkan misteri itu.

Pohon kamboja, khususnya kamboja berbunga putih (Plumeira alba), masih dipandang sebelah mata. Sebab, kebanyakan tanaman ini tumbuh di kuburan. Tidak jarang, orang menyebutnya sebagai bunga kuburan. Bunganya yang telah dikeringkan, lantas ditumbuk halus, banyak dipakai sebagai bahan baku wewangian, kosmetik, industri kerajinan dupa, spa, serta teh herbal.
Untuk harga perkilo, kami tidak mematok harga paten dikarenakan harga yang tidak stabil dan berubah sewaktu-waktu. Jika anda berminat, silahkan hubungi kami atau jika anda ada di Banjarmasin, bisa datang langsung ke tempat kami.






0 komentar:
Posting Komentar