CARA KERJA PENANGKAL PETIR
Untuk memahami cara kerja penangkal petir, maka sebaiknya kita mengetahui bagaimana proses terjadinya petir terlebih dahulu. Petir terbentuk karena adanya perbedaan potensial antara awan yang satu dengan awan yang lainnya atau antara awan dengan permukaan bumi. Awan dapat memiliki potensial muatan karena awan selalu bergerak terus menerus secara teratur. Selama pergerakannya ini awan akan berinteraksi dengan awan lainnya. Sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi awan (atas atau bawah), sedangkan muatan positif akan berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dengan bumi cukup besar, maka akan terjadi perpindahan muatan listrik negatif (elektron) dari awan yang kelebihan muatan menuju bumi untuk mencapai kesetimbangan.
Penangkal petir merupakan suatu perangkat yang terdiri dari serangkaian jalur yang diperuntukkan sebagai jalan untuk petir mengalir menuju ke permukaan bumi, sehingga petir tidak merusak bangunan dimana penangkal petir dipasang. Penangkal petir terdiri dari 3 bagian utama yaitu batang penangkal petir, kabel konduktor dan tempat pembumian (grounding).
Batang penangkal petir dipasang pada bagian puncak suatu bangunan yang ingin dilindungi dari petir. Batang penangkal petir biasanya terbuat dari tembaga dan memiliki ujung yang runcing. Ujung yang runcing dipilih untuk memudahkan muatan listrik berkumpul, karena muatan listrik memiliki karakter mudah terkumpul dan terlepas pada ujung suatu logam yang runcing. Jadi batang penangkal petir dengan ujung yang runcing dapat memperlancar proses tarik menarik muatan listrik di bumi dengan muatan listrik yang terdapat di awan.
Selanjutnya kabel konduktor dipasang untuk meneruskan aliran muatan listrik dari batang penangkal petir ke permukaan tanah. Kabel konduktor ini biasanya diletakkan pada dinding di bagian luar suatu bangunan untuk menghindari muatan listrik merusak benda-benda elektronik di dalam bangunan. Kabel konduktor ini dibuat dari jalinan kawat tembaga dengan diameter sekitar 1 cm hingga 2 cm. Dari kabel konduktor, muatan listrik selanjutnya akan mengalir ke tempat pembumian (grounding) yang tertanam di tanah. Tempat pembumian ini biasanya berupa batang sepanjang sekitar 1,8 m sampai 3 m, yang terbuat dari tembaga yang dilapisi dengan baja, dan memiliki diameter 1,5 cm.
Saat muatan listrik negatif telah terkumpul pada bagian bawah awan, maka muatan listrik positif yang terdapat di tanah akan segera tertarik ke atas. Muatan listrik positif ini kemudian merambat naik melalui kabel konduktor dan berkumpul pada ujung batang penangkal petir. Ketika muatan listrik negatif berada cukup dekat di atas atap, daya tarik menarik antara kedua muatan akan semakin kuat, dan muatan listrik positif yang terdapat pada ujung-ujung penangkal petir akan tertarik ke arah muatan listrik negatif yang ada di awan. Pertemuan kedua muatan tersebut akan menghasilkan aliran listrik. Aliran listrik tersebut selanjutnya akan mengalir ke dalam tanah, melalui kabel konduktor, sehingga aliran listrik ini tidak mengenai bangunan.
Istilah penangkal petir sebenarnya merupakan istilah yang keliru. Karena penangkal petir ini tidak lah membuat suatu bangunan terbebas sepenuhnya dari bahaya petir. Sambaran petir tetap dapat membahayakan suatu bangunan walaupun bangunan tersebut telah dipasangi penangkal petir. Petir dapat saja menyambar tempat lain di luar area perlindungan dari instalasi penangkal petir yang telah terpasang, kemudian aliran listrik dari petir ini merambat melalui instalasi listrik, kabel data atau apa saja yang mengarah ke bangunan, dan akhirnya aliran listrik dari petir ini dapat merusak peralatan listrik dan elektronik yang ada di dalam bangunan tersebut. Jadi, penangkal petir sebenarnya tidak membuat bangunan aman 100 % dari bahaya petir, melainkan hanya membuat posisi bangunan terhindar dari kerusakan fatal akibat sambaran langsung dari petir. Maka dengan itu, istilah yang lebih tepat untuk instalasi pengamanan petir ini sebenarnya adalah penyalur petir.
0 komentar:
Posting Komentar